MUKADIMAH
Hampir setiap hari. Melihat menyaksikan anak-anak terlantar di jalanan ; nongkrong duduk-duduk di persimpangan jalan, di stasiun, di terminal bis, di depan mall, di lorong pasar, di kolong fly over. Dan di bawah temaram lampu kota saat gelap malam tiba.
Ada kalanya aman, kondusif. Namun tidak jarang mereka ‘main petak umpet’ dengan para satuan polisi pamong praja (satpol pp). Mereka dianggap mengganggu ketertiban umum atau merusak indahnya kota. Mereka biasa dijuluki sebagai gelandangan. Lebih kasar lagi menyebutnya, gembel. Walau sebagiannya mengais rezeki. Di antara mereka ada yang menjadi pengemis, tukang semir sepatu, pengamen, pemulung. Ada juga pedagang asongan. Prihatin!
Belum lagi jika bicara soal kaum dhuafa atau orang-orang kurang mampu, fakir dan miskin. Sungguh masih banyak di negeri ini. Sangat banyak. Dan sebagian besarnya adalah kaum muslimin. Hidup mereka masih jauh dari kehidupan layak. Mereka orang-orang yang tidak beruntung. Miris lagi melihatnya, ketika tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang kurang berpendidikan. Dan tidak banyak mengerti soal agama (Islam). Tragis!
Dai muda Bekasi. Di tengah kesibukan dan padatnya aktifitas dakwah mereka. Selalu ada jadwal taklim di setiap harinya. Berpindah dari satu majlis taklim ke majlis taklim lainnya. Dari satu masjid ke masjid berikutnya. Mereka melintas, mereka melihat, setiap hari. Pagi, siang, sore dan malam. Kemudian muncul keprihatinan.
Hati dan pikiran para dai muda itu tergerakkan. Keinginan besar untuk berbagi. Menguatnya kepedulian yang sudah tak terkendali. Lebih jauh dari itu, mereka ingin berkontribusi membantu meringankan beban. Sekurangnya, urusan hidup keseharian. Syukur kalau bisa menyadarkan mereka untuk kembali ke pangkuan Islam kaffah. Karena hidup di dunia bukan tujuan akhir. Di akhiratlah kehidupan yang sebenarnya.
Dai muda itu, persis tujuh jumlahnya. Jumlah yang sama dengan pemuda gua atau yang diabadikan dalam alQuran sebagai Ashabul Kahfi. Ketujuh dai muda ini memiliki visi dan misi yang sama. Mereka berkumpul bermusyawarah, lalu bersepakat membentuk sebuah lembaga yang konsen memikirkan nasib, yang bukan saja anak-anak jalanan dan yatim. Namun para dhuafa secara umum.
Alhamdulillah, kemudian berdirilah sebuah yayasan resmi untuk penggalangan dana. Awalnya bernama Rumah Yatim al-Amin. Beberapa tahun kemudian, yayasan itu berganti nama menjadi Rumah Dhuafa Indonesia. Di pertengahan bulan Juli 2008, yayasan ini sudah mulai beroperasi. Sekretariatnya di rumah seorang dermawan, ustadz Abdullah Amien, Lc. Setahun kemudian berdiri Sekolah alQuran dan Informatika (SAI) dengan dua puluh lima siswa. Usia mereka antara sembilan hingga empat belasan tahun. Mereka belajar alQuran dan informatika.
Yayasan Peduli Dhuafa Sejahtera ini terdaftar pada notaris, ibu Amelya Zahara, SH. dengan nomor badan hukum 16 Tanggal 17 September 2012. Bulan berganti tahun, karena sesuatu dan lain hal, nama yayasan yang sudah berakte notaris ini tidak sempat didaftarkan ke kementrian Hukum dan HAM. Sebagian besar pengurusnya tidak berada lagi. Akhirnya membuat akte yayasan baru dengan manajemen dan kepengurusan baru, bernama yayasan Peduli Dhuafa Sejahtera. Dan logo lama pun digantikan dengan yang baru. Sebagai bukti kesungguhan untuk mengusung sebuah perubahan.
VISI
Menjadi lembaga sosial dan pendidikan yang mampu memberikan solusi secara totalitas untuk menyantuni, membina dan memberdayakan para yatim dan dhuafa.
MISI
1. Menjadi lembaga penyalur ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf) yang adil dan terpercaya,
2. Membuat dan menyelenggarakan sistem pendidikan dan pembinaan yang solutif,
praktis dan aplikatif berbasiskan Islamic Home Schooling. Yang berasaskan akidah Islam dengan pembekalan kompetensi dan life skill yang memadai untuk para yatim dan dhuafa.
KANTOR
jl. Tangkuban perahu, Blok A/73 komplek Masnaga Jakasampurna Bekasi Barat 17145
PRODUK YAYASAN
1. Rumah Dhuafa Indonesia
2. Quranic and Informatic School (Quraish)
PENUTUP
Alhamdulillah program yayasan ini berjalan, walau kadang terseok saat menghadapi tantangan dan rintangan. Bahkan para pendiri itu pun satu persatu kemudian memiliki kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan. Dan hadirlah kini banyak wajah baru. Termasuk manajamen dan struktur kepengurusannya, juga mengalami banyak perubahan.
Sejak hari serah terima jabatan, Ahad 24 Juni 2012, layarpun dikembangkan. Bahtera siap mengarungi samudera. Kembali melanjutkan estafet kepengurusan. Pekerjaan mulia terbentang di hadapan. Berbagi dan peduli.
Doa kami semoga lembaga sosial ini tetap eksis. Berjalan dengan baik. Banyak memberikan manfaat bagi umat.
Terima kasih atas dukungan dan respon positif dari berbagai pihak. Jazakallah Khairan Katsiiran.
Sekian.
Wallahu Ta’aala A’lam,
Barakallahu fiekum.
- See more at: http://rumahdhuafa.org/profil/profile-yayasan/#sthash.yQZ8Alqv.dpuf
MUKADIMAH
Hampir setiap hari. Melihat menyaksikan anak-anak terlantar di jalanan ; nongkrong duduk-duduk di persimpangan jalan, di stasiun, di terminal bis, di depan mall, di lorong pasar, di kolong fly over. Dan di bawah temaram lampu kota saat gelap malam tiba.
Ada kalanya aman, kondusif. Namun tidak jarang mereka ‘main petak umpet’ dengan para satuan polisi pamong praja (satpol pp). Mereka dianggap mengganggu ketertiban umum atau merusak indahnya kota. Mereka biasa dijuluki sebagai gelandangan. Lebih kasar lagi menyebutnya, gembel. Walau sebagiannya mengais rezeki. Di antara mereka ada yang menjadi pengemis, tukang semir sepatu, pengamen, pemulung. Ada juga pedagang asongan. Prihatin!
Belum lagi jika bicara soal kaum dhuafa atau orang-orang kurang mampu, fakir dan miskin. Sungguh masih banyak di negeri ini. Sangat banyak. Dan sebagian besarnya adalah kaum muslimin. Hidup mereka masih jauh dari kehidupan layak. Mereka orang-orang yang tidak beruntung. Miris lagi melihatnya, ketika tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang kurang berpendidikan. Dan tidak banyak mengerti soal agama (Islam). Tragis!
Dai muda Bekasi. Di tengah kesibukan dan padatnya aktifitas dakwah mereka. Selalu ada jadwal taklim di setiap harinya. Berpindah dari satu majlis taklim ke majlis taklim lainnya. Dari satu masjid ke masjid berikutnya. Mereka melintas, mereka melihat, setiap hari. Pagi, siang, sore dan malam. Kemudian muncul keprihatinan.
Hati dan pikiran para dai muda itu tergerakkan. Keinginan besar untuk berbagi. Menguatnya kepedulian yang sudah tak terkendali. Lebih jauh dari itu, mereka ingin berkontribusi membantu meringankan beban. Sekurangnya, urusan hidup keseharian. Syukur kalau bisa menyadarkan mereka untuk kembali ke pangkuan Islam kaffah. Karena hidup di dunia bukan tujuan akhir. Di akhiratlah kehidupan yang sebenarnya.
Dai muda itu, persis tujuh jumlahnya. Jumlah yang sama dengan pemuda gua atau yang diabadikan dalam alQuran sebagai Ashabul Kahfi. Ketujuh dai muda ini memiliki visi dan misi yang sama. Mereka berkumpul bermusyawarah, lalu bersepakat membentuk sebuah lembaga yang konsen memikirkan nasib, yang bukan saja anak-anak jalanan dan yatim. Namun para dhuafa secara umum.
Alhamdulillah, kemudian berdirilah sebuah yayasan resmi untuk penggalangan dana. Awalnya bernama Rumah Yatim al-Amin. Beberapa tahun kemudian, yayasan itu berganti nama menjadi Rumah Dhuafa Indonesia. Di pertengahan bulan Juli 2008, yayasan ini sudah mulai beroperasi. Sekretariatnya di rumah seorang dermawan, ustadz Abdullah Amien, Lc. Setahun kemudian berdiri Sekolah alQuran dan Informatika (SAI) dengan dua puluh lima siswa. Usia mereka antara sembilan hingga empat belasan tahun. Mereka belajar alQuran dan informatika.
Yayasan Peduli Dhuafa Sejahtera ini terdaftar pada notaris, ibu Amelya Zahara, SH. dengan nomor badan hukum 16 Tanggal 17 September 2012. Bulan berganti tahun, karena sesuatu dan lain hal, nama yayasan yang sudah berakte notaris ini tidak sempat didaftarkan ke kementrian Hukum dan HAM. Sebagian besar pengurusnya tidak berada lagi. Akhirnya membuat akte yayasan baru dengan manajemen dan kepengurusan baru, bernama yayasan Peduli Dhuafa Sejahtera. Dan logo lama pun digantikan dengan yang baru. Sebagai bukti kesungguhan untuk mengusung sebuah perubahan.
VISI
Menjadi lembaga sosial dan pendidikan yang mampu memberikan solusi secara totalitas untuk menyantuni, membina dan memberdayakan para yatim dan dhuafa.
MISI
1. Menjadi lembaga penyalur ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf) yang adil dan terpercaya,
2. Membuat dan menyelenggarakan sistem pendidikan dan pembinaan yang solutif,
praktis dan aplikatif berbasiskan Islamic Home Schooling. Yang berasaskan akidah Islam dengan pembekalan kompetensi dan life skill yang memadai untuk para yatim dan dhuafa.
KANTOR
jl. Tangkuban perahu, Blok A/73 komplek Masnaga Jakasampurna Bekasi Barat 17145
PRODUK YAYASAN
1. Rumah Dhuafa Indonesia
2. Quranic and Informatic School (Quraish)
PENUTUP
Alhamdulillah program yayasan ini berjalan, walau kadang terseok saat menghadapi tantangan dan rintangan. Bahkan para pendiri itu pun satu persatu kemudian memiliki kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan. Dan hadirlah kini banyak wajah baru. Termasuk manajamen dan struktur kepengurusannya, juga mengalami banyak perubahan.
Sejak hari serah terima jabatan, Ahad 24 Juni 2012, layarpun dikembangkan. Bahtera siap mengarungi samudera. Kembali melanjutkan estafet kepengurusan. Pekerjaan mulia terbentang di hadapan. Berbagi dan peduli.
Doa kami semoga lembaga sosial ini tetap eksis. Berjalan dengan baik. Banyak memberikan manfaat bagi umat.
Terima kasih atas dukungan dan respon positif dari berbagai pihak. Jazakallah Khairan Katsiiran.
Sekian.
Wallahu Ta’aala A’lam,
Barakallahu fiekum.
- See more at: http://rumahdhuafa.org/profil/profile-yayasan/#sthash.yQZ8Alqv.dpuf
Yayasan Peduli Dhuafa Sejahtera
MUKADIMAH
Hampir setiap hari. Melihat menyaksikan anak-anak terlantar di jalanan ; nongkrong duduk-duduk di persimpangan jalan, di stasiun, di terminal bis, di depan mall, di lorong pasar, di kolong fly over. Dan di bawah temaram lampu kota saat gelap malam tiba.
Ada kalanya aman, kondusif. Namun tidak jarang mereka ‘main petak umpet’ dengan para satuan polisi pamong praja (satpol pp). Mereka dianggap mengganggu ketertiban umum atau merusak indahnya kota. Mereka biasa dijuluki sebagai gelandangan. Lebih kasar lagi menyebutnya, gembel. Walau sebagiannya mengais rezeki. Di antara mereka ada yang menjadi pengemis, tukang semir sepatu, pengamen, pemulung. Ada juga pedagang asongan. Prihatin!
Belum lagi jika bicara soal kaum dhuafa atau orang-orang kurang mampu, fakir dan miskin. Sungguh masih banyak di negeri ini. Sangat banyak. Dan sebagian besarnya adalah kaum muslimin. Hidup mereka masih jauh dari kehidupan layak. Mereka orang-orang yang tidak beruntung. Miris lagi melihatnya, ketika tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang kurang berpendidikan. Dan tidak banyak mengerti soal agama (Islam). Tragis!
Dai muda Bekasi. Di tengah kesibukan dan padatnya aktifitas dakwah mereka. Selalu ada jadwal taklim di setiap harinya. Berpindah dari satu majlis taklim ke majlis taklim lainnya. Dari satu masjid ke masjid berikutnya. Mereka melintas, mereka melihat, setiap hari. Pagi, siang, sore dan malam. Kemudian muncul keprihatinan.
Hati dan pikiran para dai muda itu tergerakkan. Keinginan besar untuk berbagi. Menguatnya kepedulian yang sudah tak terkendali. Lebih jauh dari itu, mereka ingin berkontribusi membantu meringankan beban. Sekurangnya, urusan hidup keseharian. Syukur kalau bisa menyadarkan mereka untuk kembali ke pangkuan Islam kaffah. Karena hidup di dunia bukan tujuan akhir. Di akhiratlah kehidupan yang sebenarnya.
Dai muda itu, persis tujuh jumlahnya. Jumlah yang sama dengan pemuda gua atau yang diabadikan dalam alQuran sebagai Ashabul Kahfi. Ketujuh dai muda ini memiliki visi dan misi yang sama. Mereka berkumpul bermusyawarah, lalu bersepakat membentuk sebuah lembaga yang konsen memikirkan nasib, yang bukan saja anak-anak jalanan dan yatim. Namun para dhuafa secara umum.
Alhamdulillah, kemudian berdirilah sebuah yayasan resmi untuk penggalangan dana. Awalnya bernama Rumah Yatim al-Amin. Beberapa tahun kemudian, yayasan itu berganti nama menjadi Rumah Dhuafa Indonesia. Di pertengahan bulan Juli 2008, yayasan ini sudah mulai beroperasi. Sekretariatnya di rumah seorang dermawan, ustadz Abdullah Amien, Lc. Setahun kemudian berdiri Sekolah alQuran dan Informatika (SAI) dengan dua puluh lima siswa. Usia mereka antara sembilan hingga empat belasan tahun. Mereka belajar alQuran dan informatika.
Yayasan Peduli Dhuafa Sejahtera ini terdaftar pada notaris, ibu Amelya Zahara, SH. dengan nomor badan hukum 16 Tanggal 17 September 2012. Bulan berganti tahun, karena sesuatu dan lain hal, nama yayasan yang sudah berakte notaris ini tidak sempat didaftarkan ke kementrian Hukum dan HAM. Sebagian besar pengurusnya tidak berada lagi. Akhirnya membuat akte yayasan baru dengan manajemen dan kepengurusan baru, bernama yayasan Peduli Dhuafa Sejahtera. Dan logo lama pun digantikan dengan yang baru. Sebagai bukti kesungguhan untuk mengusung sebuah perubahan.
VISI
Menjadi lembaga sosial dan pendidikan yang mampu memberikan solusi secara totalitas untuk menyantuni, membina dan memberdayakan para yatim dan dhuafa.
MISI
1. Menjadi lembaga penyalur ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf) yang adil dan terpercaya,
2. Membuat dan menyelenggarakan sistem pendidikan dan pembinaan yang solutif,
praktis dan aplikatif berbasiskan Islamic Home Schooling. Yang berasaskan akidah Islam dengan pembekalan kompetensi dan life skill yang memadai untuk para yatim dan dhuafa.
KANTOR
jl. Tangkuban perahu, Blok A/73 komplek Masnaga Jakasampurna Bekasi Barat 17145
PRODUK YAYASAN
1. Rumah Dhuafa Indonesia
2. Quranic and Informatic School (Quraish)
PENUTUP
Alhamdulillah program yayasan ini berjalan, walau kadang terseok saat menghadapi tantangan dan rintangan. Bahkan para pendiri itu pun satu persatu kemudian memiliki kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan. Dan hadirlah kini banyak wajah baru. Termasuk manajamen dan struktur kepengurusannya, juga mengalami banyak perubahan.
Sejak hari serah terima jabatan, Ahad 24 Juni 2012, layarpun dikembangkan. Bahtera siap mengarungi samudera. Kembali melanjutkan estafet kepengurusan. Pekerjaan mulia terbentang di hadapan. Berbagi dan peduli.
Doa kami semoga lembaga sosial ini tetap eksis. Berjalan dengan baik. Banyak memberikan manfaat bagi umat.
Terima kasih atas dukungan dan respon positif dari berbagai pihak. Jazakallah Khairan Katsiiran.
Sekian.
Wallahu Ta’aala A’lam,
Barakallahu fiekum.
Silahkan berkunjung Ke situs :
www.rumahdhuafa.org
Post By : aqiqah bekasiBy : aqiqah bekasi